Diterbitkan 13 Jun 2024

Kualitas Gen Z Akan Menentukan Keberhasilan Visi Indonesia Emas 2045

Gen Z mempunyai peluang yang besar untuk memperbaiki kualitas sebuah bangsa dan negara. Usaha Gen Z untuk melahirkan dan membentuk anak dengan kesehatan mental yang baik dapat memengaruhi kualitas diri seorang anak saat bekerja nanti. Perubahan dapat dimulai dengan membangun keluarga yang sehat.

Pengembangan Diri

Hafika Yunisari Pradina

Kunjungi Profile
1375x
Bagikan

 

Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2024, sebagian Generasi Z atau Gen Z telah menjadi dewasa yang produktif dan seharusnya memiliki inovasi-inovasi yang dapat merubah peradaban dunia. Gen Z mempunyai peluang yang besar untuk memperbaiki kualitas sebuah bangsa dan negara.

Grafik data BPS tahun 2022 menunjukkan proporsi usia produktif dalam rentang 15 – 64 tahun yaitu sebesar 69,25% atau sebanyak 190,98 juta jiwa. Bonus demografi ini dapat menjadi beban sebuah negara apabila kualitas penduduk berusia produktif rendah. Rendahnya kualitas usia produktif akan berdampak pada kualitas tenaga kerja yang rendah juga, sehingga mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing pasar global ikut rendah.

Tidak dapat dipungkiri kualitas tenaga kerja akan berhubungan langsung dengan kesehatan mental. Kesehatan mental yang baik pada setiap individu menjadi salah satu target dalam Sustainable Development Goals atau SDGs Tahun 2030. Hak atas kesehatan diakui dalam UUD 1945, Pasal 28H ayat (1), yaitu “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Hasil survei tertinggi didapatkan bahwa proporsi persepsi masyarakat atas masalah kesehatan yang dikhawatirkan pada periode Juli 2023 sampai dengan Agustus 2023 adalah kesehatan mental (44%) (1). Gen Z yang hidup di tengah arus modernisasi teknologi saat ini harus mampu memanfaatkan teknologi sebagai alat utama dalam mengembangkan diri atau mengubah gaya hidup sehari-hari. Apalagi dalam hal perubahan dan mencegah gangguan kesehatan mental.

Pada Visi Indonesia Emas 2045 tentang pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi target untuk semua Gen Z. Kesehatan mental yang akan timbul akibat beban kerja yang dirasakan perlu diatasi dengan cepat dan tepat. Keluarga menjadi kelompok terkecil yang dapat mencegah gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, Gen Z dapat memulai perubahan dengan membangun keluarga yang sehat dalam mental.

Catat ya! Individu yang mampu melakukan coping dengan positif dan sehat akan bertahan pada semua tantangan kehidupan. Pengelolaan emosi yang baik dapat diterapkan bersama keluarga. Berikut cara yang dapat dilakukan oleh Gen Z untuk menciptakan keluarga dengan kesehatan mental yang baik:

  1. Pola Asuh Positif Kepada Anak

Gaya pola asuh yang diterapkan menjadi faktor penting dalam perkembangan psikologis dan perilaku anak. Pola asuh orang tua yang memberikan perlindungan secara berlebihan dan gangguan yang berlebihan, lebih mungkin meningkatkan kecemasan sosial anak. Pola asuh yang positif dapat diterapkan atas gabungan dari beberapa teori penjelasan tentang pola asuh. Berikut penjelasan tipe pola asuh:

  • Parental responsiveness adalah sikap menyesuaikan diri, mendukung, dan menyetujui tuntutan anak. Orang tua dengan tipe pola asuh ini sering tersenyum, memuji, dan memberikan semangat pada anak.
  • Parental demandingness adalah tuntutan orang tua dengan cara mendisplinkan anak yang tidak mematuhinya. Orang tua membatasi kebebasan berekspresi anak dengan menetapkan banyak aturan (2).

Dari penjelasan kedua tipe pola asuh, Gen Z dapat dengan bijak menentukan tipe pola asuh yang dapat diterapkan. Jangan lupa perhatikan kesehatan mental anak, ya!

  1. Intensitas Komunikasi dengan Keluarga yang Baik

Komunikasi yang intens dengan keluarga dapat dilakukan oleh Gen Z sedini mungkin dan dilandasi oleh pengertian dari ibu dan ayah. Komunikasi yang berkualitas pada anak akan membuat mereka mampu mengenal dan membedakan benar atau salah, memudahkan dalam mengetahui akar persoalan, serta memberikan kepentingan yang terbaik untuk anak (3). Dengan kata lain, Gen Z bisa juga loh berperan sebagai teman yang mendengarkan keluh kesah anak dan memberikan solusi jika diperlukan. Jika Gen Z dapat menerapkan hal tersebut dengan baik, Gen Z tidak akan menjadi toxic parents.

  1. Tidak Melakukan KDRT

Jangan sampai anak terlibat atau mengetahui ibu dan ayah melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). KDRT dapat berpengaruh pada harga diri seorang anak. Gen Z sebagai orang tua menjadi penentu awal dalam pembentukan harga diri (self-esteem) (4). Jauhkan anak dari gangguan kesehatan mental akibat KDRT seperti gangguan psikosomatik, gagap, kecemasan, dan ketakutan. Anak juga nantinya lebih mungkin untuk menimbulkan kekerasan berat sebagai orang dewasa.

Usaha Gen Z untuk melahirkan dan membentuk anak dengan kesehatan mental yang baik dapat memengaruhi kualitas diri seorang anak saat bekerja nanti. Psikologis pekerja yang kuat seperti optimisme, harapan, self-efficacy, dan ketahanan, cenderung memiliki kinerja yang lebih baik. Modal psikologis yang positif memotivasi pekerja untuk mencapai tujuan, mengatasi tantangan, dan beradaptasi dalam lingkungan kerja yang berubah (5).

Ayo dong Gen Z bergerak dengan tepat untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045! Era revolusi industri 5.0 ini sangat membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkarakter dan memiliki daya saing global. SDM yang memiliki karakter religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong serta sanggup bersaing menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang pekerja. Semua karakter yang dibutuhkan tidak lain dan tidak bukan dapat dibentuk mulai dari lingkungan keluarga.

Referensi:

  1. Muhamad N. Kesehatan Mental, Masalah Kesehatan yang Paling Dikhawatirkan Warga Dunia 2023 [Internet]. databoks. 2023 [cited 2024 Jun 11]. Available from: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/05/kesehatan-mental-masalah-kesehatan-yang-paling-dikhawatirkan-warga-dunia-2023
  2. Heng PH, Soetikno N, Fahditia A. Peranan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kualitas Hidup Remaja Perkotaan. J Muara Ilmu Sos Humaniora, dan Seni. 2020;4(2):550. 
  3. Saskara IPA, Ulio. Peran Komunikasi Keluarga dalam Mengatasi Toxic Parents bagi Kesehatan Mental Anak. Pratama Widya J Pendidik Usia Dini [Internet]. 2020;5(2):125–34. Available from: https://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PW/article/view/1820/1493
  4. Moniy RAS. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dengan Kesehatan Mental (Harga Diri, Depresi, Anxiety Disorder). J Pendidik dan Kebud. 2023;3(1):1–12. 
  5. Retnowati E, Darmawan D, Putra AR, Putra RS, Issalillah F. Pengaruh Modal Psikologis, Kualitas Kehidupan Kerja, Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai. J Baruna Horiz. 2023;6(1):31–8. 

Penyunting: Franco Rynasher

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Artikel Terkait

Mental Health: Gen Z Mentalnya Harus Tetap Waras?

vinaaayuu

25 Mei 2024
2 min
5 Daftar Konten Kreator yang Dapat Membantumu Seputar Kemahasiswaan!
3 min
Circle: Apakah Sahabat atau Musuh bagi Mental Remaja?

Rani Ebigael

17 Mei 2024
2 min
Generasi Z sebagai Agent of Change di TikTok Lewat Konten Mental Health

Olga P

25 Mei 2024
2 min
PERAN PENTING TEMAN SEBAYA DALAM MENJAGA KESEHATAN MENTAL GEN Z

Febriani Purnama

17 Mei 2024
4 min
Pahlawan Tanpa Jubah Dalam Transformasi Kesehatan Mental