Generari Z atau yang sering kita singkat menjadi Gen Z merupakan sebutan bagi kelompok demografi yang lahir pada tahun 1990-an hingga tahun 2010-an. Gen Z sering pula disebut sebagai Digital Natives karena lahir, tumbuh, dan berkembang dalam era teknologi informasi. Gen Z menyaksikan sekaligus mengalami sendiri kecanggihan era digital, seperti kemudahan dalam mengakses internet, perangkat digital portabel, dan berbagai jenis platform media sosial. Hal ini menyebabkan Gen Z dapat dengan mudah dan cepat dalam mengakses informasi serta lebih banyak menghabiskan waktu kesehariannya menggunakan perangkat elektronik.
Menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2020, terdapat 74,93 juta Gen Z di Indonesia. Angka tersebut setara dengan 27,94% dari keseluruhan penduduk Indonesia yang berjumlah 270,2 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2020). Selain menjadi populasi dengan jumlah terbanyak, Generasi Z ini tentu dapat menjadi modal berharga bagi Indonesia. Namun kenyataannya terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh Generasi Z, salah satunya terkait mental health (kesehatan mental). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan sebanyak 6,1% penduduk Indonesia atau sekitar 1 dari 10 orang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/). Gangguan kesehatan mental yang paling banyak terjadi adalah gangguan kecemasan, depresi, dan bunuh diri. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan Gen Z dalam mengendalikan perilaku dan emosi terutama ketika berhadapan dengan media sosial dan terpapar konten yang berpotensi bahaya karena mengandung bullying, seksualitas eksplisit, kekerasan, bahkan aksi menyakiti diri.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan pembelajaran kolaboratif yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati, mengeksplorasi, dan merumuskan solusi terhadap permasalahan nyata di sekitarnya. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya” sangat relevan dalam menumbuhkan kapasitas peserta didik yang merupakan Gen Z dalam menghadapi gangguan kesehatan mental. P5 tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya” mendorong peserta didik untuk mengalami pengetahuan dan kesempatan belajar dari isu-isu kesehatan mental di lingkungannya. P5 tema ini bertujuan mengenalkan peserta didik kepada Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yang mencakup memahami dan mengelola emosi, mengembangkan hubungan yang positif dengan orang lain, serta mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam berbagai situasi sosial. Sehingga diharapkan peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, berempati, dan bekerja sama dengan orang lain.
Tahapan pertama dalam kompetensi sosial emosional adalah menumbuhkan kesadaran diri peserta didik untuk mengenali dirinya (self awareness). Peserta didik memetakan potensi, harapan, kelemahan, dan tantangan yang dimiliki dengan cara membuat potret diri. Dengan kegiatan ini, diharapkan peserta didik dapat memiliki kesadaran diri yang tinggi sehingga mampu menyadari perasaan, pikiran, dan tindakan yang dilakukan.
Gambar 1. Contoh Potret Diri Siswa SMAN 1 Sentolo
Sumber: Dokumen Pribadi
Selain itu, dapat pula dilakukan pengenalan kepada peserta didik mengenai konsep kesadaran diri melalui kontekstualisasi dengan narasumber ahli. Gen Z yang memiliki kesadaran diri tinggi akan mampu menilai kekuatan dan keterbatasan diri sehingga meningkatkan rasa optimis dan kepercayaan dirinya.
Gambar 2. Kontekstualisasi Materi Kesadaran Diri dengan Psikolog dalam Kegiatan P5 Tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya”
Sumber: Dokumen Pribadi
Kompetensi manajemen diri berkaitan dengan kemampuan Gen Z dalam mengatur emosi, pikiran, dan perilaku dalam bersosialisasi. Untuk mengembangkan kemampuan manajemen diri, peserta didik bersama dengan guru dapat mengidentifikasi sebuah peristiwa yang dirasa sebagai sebuah kesulitan, kekecewaan, kesedihan, kemunduran, atau kemalangan. Peserta didik akan mengingat bagaimana perasaannya saat itu dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya. Dengan kegiatan ini, Gen Z akan belajar cara menangani stres, mengontrol emosi, dan bertahan menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan.
Sebagian besar Gen Z yang mengalami gangguan kesehatan mental memiliki kesadaran sosial (social awareness) dan kemampuan berelasi (relationship skill) yang rendah. Hal ini dicirikan dengan Gen Z mudah memiliki rasa benci, mudah menghakimi, dan bersikap tak acuh dengan kondisi sekitarnya. Dalam P5 tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya” peserta didik belajar etika norma masyarakat dan berempati dengan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan mencari solusi yang tepat untuk memecahkannya. Dari kegiatan P5 tersebut peserta didik dapat mengembangkan hubungan yang positif dengan orang lain mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab (responsibe decision making).
Di akhir kegiatan P5 ini, peserta didik juga melakukan panen karya, dengan menampilkan produk yang dibuatnya selama kegiatan P5 berlangsung, seperti potret diri serta infografis mengenai isu-isu sosial yang terjadi dan pemecahannya. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya” merupakan langkah yang dapat dilakukan instansi sekolah untuk membantu Gen Z mengalihkan perhatian dan energi dari dunia maya dengan melakukan aktivitas mental yang sehat sehingga dapat menumbuhkan kestabilan emosi, mengambil pilihan yang tepat dalam kehidupannya, dan tentunya menumbuhkan kesehatan mental Generasi Z.
Gambar 3. Contoh Panen Karya P5 Tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya”
di SMAN 1 Sentolo
Sumber: Dokumen Pribadi
#Guruinovatif #Kampusinovatif #LombaArtikelS5
Penyunting: Sarah