Diterbitkan 02 Jul 2024

GenZ BerAksi, Atasi Mental Health dengan Cara Asik

Dari yang disebut sebagai generasi si-Paling Mental Health, generasi Z justru bisa merubah stigma tersebut menjadi generasi Asik yang siap kreatif.

Pengembangan Diri

Asriningsih Nugrahani

Kunjungi Profile
184x
Bagikan

Mental health atau kesehatan mental merupakan topik hangat yang dibicarakan banyak orang dalam beberapa tahun belakangan. Mental health menjadi sebuah istilah baru yang sangat menarik bahwa ternyata mental atau jiwa pun perlu diperhatikan dan dijadikan salah satu indikator kesehatan dan kebahagiaan manusia. Jadi apakah kesehatan jiwa itu hanya dimiliki oleh orang-orang dengan penyakit dan gangguan jiwa akut saja yang mana harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa? Lalu, apa pula hubungan kesehatan mental ini dengan generasi Z, generasi yang lahir dari sekitar tahun 1997 sampai dengan 2012 ini?

Generasi Z atau biasa disebut generasi Zoomer merupakan generasi yang terbentuk oleh pengaruh digital, adanya perubahan cuaca drastis, pergantian arah perekonomian, perbedaan gaya hidup yang signifikan, dan adanya pandemi covid. Dengan berbagai hantaman teknologi dimana semua kegiatan serba digital, generasi Z menjadi motor dibalik perubahan sosial budaya masyarakat dunia.

Digitalisasi di segala bidang menjadikan dunia mengalami perubahan baik yang sangat modern dengan percepatan dan kemudahan dalam segala aktivitas. Namun imbas dari perubahan tersebut membuat generasi Z dan bahkan generasi sesudahnya, yaitu generasi Alpha, menanggung dampak yang tidak sepele. Kebiasaan penggunaan alat teknologi membuat semua orang merubah kebiasaan lama. Tidak perlu memerlukan banyak tenaga dan waktu, semua bisa diakses di satu genggaman gawai. Rendahnya gerak tubuh membuat manusia malas mengolah tubuhnya. Cepatnya mendapatkan ilmu membuat manusia malas belajar.

Akses mudah segala bidang ilmu membuat manusia pada umumnya enggan mencari sumber informasi belajar yang tepat. Framing atau pencitraan digital sangat diagungkan daripada nilai karakter diri pribadi dan dalam sikap yang mestinya terejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai pergeseran tersebut membuat anak generari Z rentan mengalami depresi, ketidakpercayaan diri, rendahnya apresiasi terhadap sesama yang ujungnya memunculkan perundungan atau bullying.

Beberapa dampak signifikan dari serangan teknologi terlihat juga dengan ketidakmampuan mengelola emosi yang menimbulkan perselisihan antar teman, menurunnya minat karena seringnya melihat tontonan video saja, kemampuan berbicara didepan publik dan mengutarakan pendapat kritis untuk menanggapi dan menyelesaikan masalah disekitar dunia mereka.

Berbagai dampak tersebut memerlukan solusi dan pencegahan yang bisa dimulai dari gen Z sendiri sebagai pelaku sekaligus aktor solusi. Anak-anak gen Z perlu mengetahui pentingnya memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam berkehidupan di era digital ini.

Untuk menjadi agen perubahan menangani permasalahan kesehatan jiwa anak sebaya mereka, ada beberapa cara diantaranya:

1. Mengubah stigma menjadi peluang untuk belajar. Stigma gen Z yang cukup rentan terhadap perubahan harus dibantahkan oleh anak muda gen Z dengan menjadi agen perubahan positif. Membuktikan kepada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat bahwa gen Z adalah generasi cerdas dan adaptif dengan membuat kegiatan bermanfaat seperti komunitas belajar, hobi, gerakan sosial yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Dengan menjadi pribadi mandiri, untuk mencari solusi inovatif.

2. Mengembangkan intelektual, toleransi, dan relasi yang aktif dapat menjadi cara pengembangan pribadi gen Z agar bisa menjadi agen perubahan. Dengan berbagai platform yang ada saat ini, gen Z berkesempatan menggali kemampuan holistik tersebut diatas sehingga dapat menjadi manusia berkualitas. Menjadi pandai bukan hanya soal nilai saja, mampu bersosialisasi dengan baik di sekitar lingkungan dan bahkan keluar negeri akan sangat membantu gen Z memperoleh kemajuan karir. Dengan meningkatnya karir dan pendapatan, bisa dipastikan lingkungan sekitar juga akan berdampak.

3. Menjadi influencer dan motivator melalui sosial media. Pemanfaatan sosial media bisa dilakukan gen Z dengan menyebarkan pemikiran positif atau ide kreatif bagaimana membuat habit atat kebiasaan positif untuk anak muda, mencoba peluang bisnis sesuai dengan minat atau strategi pasar, dan bisa juga dengan membuat konten gaya hidup (young lifestyle) yang sehat. Pengaruh sosmed yang digunakan untuk kegiatan positif akan membawa dampak positif juga.

Melalui berbagai cara dan kegiatan diatas, gen Z berperan sebagai agen perubahan untuk menghindari anak muda dari ketidakpercayaan diri, depresi, pendiam (kurang bergaul), berpikir pendek (close minded), dan banyak lagi efek dari mental health. Yuk saatnya gen Z beraksi!


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Artikel Terkait

Partisipasi Gen Z dalam Meminimalisir Gangguan Kesehatan Mental
1 min
Bangkit! Kita Gen Z, Mental Waras Tingkatkan Kualitas

Dian Cahya

30 Juni 2024
2 min
Kualitas Gen Z Akan Menentukan Keberhasilan Visi Indonesia Emas 2045
#MentalHealthMatters: Bagaimana Gen Z Berkontribusi dalam Problematika Mental Health
Gen Z sebagai Potensi Agent of Change for Mental Health

Tsaniya Azzahra

02 Juli 2024
2 min
Suara Generasi Z: Memecah Tabu, Membangun Kesadaran tentang Kesehatan Mental